Cemas itu manusiawi: konsep komunikasi kesehatan untuk jiwa yang lebih tenang pada remaja pondok pesantren
Main Article Content
Abstract
Meningkatnya prevalensi kecemasan pada remaja Indonesia, khususnya di lingkungan pesantren, diperburuk oleh adanya stigma dan rendahnya literasi kesehatan mental. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman remaja tentang kecemasan dan strategi pengelolaannya melalui psikoedukasi bertajuk “Cemas Itu Manusiawi”. Intervensi dilakukan menggunakan desain kuasi-eksperimen pretest–posttest satu kelompok dan dilaksanakan di SMP Pondok Pesantren Attaqwa Putra, Bekasi, dengan melibatkan 30 siswa. Kegiatan meliputi ceramah interaktif, diskusi kelompok, latihan pernapasan, relaksasi otot progresif, dan simulasi komunikasi asertif. Evaluasi menunjukkan peningkatan skor rata-rata pemahaman peserta dari 6,73 menjadi 8,43, yang mencerminkan peningkatan pemahaman mengenai kecemasan, komunikasi sehat, dan strategi pengaturan diri. Selain itu, peserta menunjukkan perubahan perilaku berupa keterbukaan dan kesadaran emosional. Program ini mengintegrasikan pendekatan ilmiah dengan refleksi spiritual secara efektif dan kontekstual. Temuan ini menunjukkan bahwa program psikoedukasi berbasis interaktif dan sesuai konteks budaya mampu menjembatani kesenjangan literasi kesehatan mental di lingkungan pesantren. Pendekatan ini direkomendasikan untuk diimplementasikan secara lebih luas.
Article Details
Section
Articles
Main Article Content
Abstract
Meningkatnya prevalensi kecemasan pada remaja Indonesia, khususnya di lingkungan pesantren, diperburuk oleh adanya stigma dan rendahnya literasi kesehatan mental. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman remaja tentang kecemasan dan strategi pengelolaannya melalui psikoedukasi bertajuk “Cemas Itu Manusiawi”. Intervensi dilakukan menggunakan desain kuasi-eksperimen pretest–posttest satu kelompok dan dilaksanakan di SMP Pondok Pesantren Attaqwa Putra, Bekasi, dengan melibatkan 30 siswa. Kegiatan meliputi ceramah interaktif, diskusi kelompok, latihan pernapasan, relaksasi otot progresif, dan simulasi komunikasi asertif. Evaluasi menunjukkan peningkatan skor rata-rata pemahaman peserta dari 6,73 menjadi 8,43, yang mencerminkan peningkatan pemahaman mengenai kecemasan, komunikasi sehat, dan strategi pengaturan diri. Selain itu, peserta menunjukkan perubahan perilaku berupa keterbukaan dan kesadaran emosional. Program ini mengintegrasikan pendekatan ilmiah dengan refleksi spiritual secara efektif dan kontekstual. Temuan ini menunjukkan bahwa program psikoedukasi berbasis interaktif dan sesuai konteks budaya mampu menjembatani kesenjangan literasi kesehatan mental di lingkungan pesantren. Pendekatan ini direkomendasikan untuk diimplementasikan secara lebih luas.